Rabu, 19 Oktober 2011

Interview JRX at Tribun Jogja (Superman Is Dead)

Menguak Tabir

Judul     : Bapak Pluralisme Indonesia
Text Line : Perbedaan Itu Indah

Gus Dur, Pertama kali mendengar nama itu, yang terbayang dalam benak saya adalah sosok tokoh yang mampu hidup di mana saja. Gus Dur adalah seorang yang telah mengalami berbagai macam pengalaman hidup yang jarang dialami oleh manusia lain di muka bumi ini. Dari berbagai macam pengalaman hidup itulah Gus Dur terbentuk sebagai sosok yang bisa memahami berbagai macam perbedaan. Inilah alasan mengapa beliau menjadi sangat pluralis. Gus Dur lahir dari Keluarga Besar Nahdhatul Ulama (NU) yang terkenal sebagai Islam Tradisionalis. NU adalah organisasi yang didirikan oleh kakeknya Hasyim Asy'ari.
Meskipun demikian Gus Dur tidak hanya hidup di kalangan orang-orang Islam Tradisionalis saja, namun sejak kecil sudah banyak menemui berbagai manusia dari banyak golongan. Ayahnya Wahid Hasyim adalah seorang tokoh nasional yang pernah menjabat sebagai Menteri Agama di Republik Indonesia ini. Ayahnya sering sekali menerima tamu dari berbagai agama di Indonesia, bahkan sebagai tokoh nasional Wahid Hasyim juga acapkali bertemu dengan tokoh-tokoh penting dunia yang juga bermacam-macam karakter.
Pengalaman hidup di Ibukota Jakarta yang majemuk juga mempengaruhi pola pikir beliau, di tambah lagi dengan pengalaman kehidupan di kota Jombang yang sangat tradisionalis, mengawali pembentukan karakter berfikir Gus Dur. Setelah dewasa Gus Dur juga merasakan alam kota Kairo, juga menariknya perhatian kota Baghdad di Irak sangat membantu sosok Gus Dur untuk menjadi pluralis.